Antikristus, Juru Selamat yang dinantikan Islam

“Dengan pikiran seorang sarjana dan hati seorang pendoa syafaat, Joel Richardson telahmengemukakan sebuah gambaran yang menggugah rasa ingin tahu kita akan “peperanganakhir jaman” yang akan datang. Saat Islam militan bangkit dengan angkara murka, dandengan dukungan suatu roh yang anti-semitis, pada saat itu akan bangkit pula sekelompok orang yang rela memberikan hidup mereka bagi Injil Yesus Kristus. Menggemparkan …Mencerahkan … dan merupakan sebuah penyadaran untuk semua orang percaya yang tulushati”. – James W. Goll, Pendiri Encounters Network Penulis The Seer, The Lost Art of Intercession and Praying for Israel’s Destiny“Joel Richardson telah menyampaikan sebuah konsep yang cerdas, patut dipikirkan, penuh belas kasih dan berdasarkan Firman Tuhan; berkenaan dengan anti paralel teologis yangmenakjubkan, antara eskatologi Islam radikal dan iman Alkitabiah. Ia sangat menekankan bahwa hal ini bukan suatu kebetulan humanistis semata. Namun, Joel juga bukan seorangyang bereaksi secara berlebihan, juga bukan seorang radikal paranoid. Melainkan, iaadalah seorang yang mencari dan mengasihi kebenaran, seorang yang mempunyai kasihdan keberanian untuk memaparkan bukti-bukti historis dan teologis mengenai keyakinan-keyakinannya di hadapan kita, dan kemudian memberikan kepada kita kewenangan untuk menguji fakta-fakta itu sendiri, sehingga kita sendiri dapat menarik kesimpulan. JoelRichardson adalah seorang pelayan Yesus Kristus yang rendah hati, dan saya sangatmengenalnya sebagai seorang suami yang setia dan mengasihi keluarganya. Ia bagai se-orang bapa dan sahabat bagi semua orang yang dibawa oleh Tuhan ke dalam jalan hidup-nya. Kiranya Tuhan juga memberikan pada kita semua keberanian untuk membuka matakita terhadap peperangan rohani yang terus memanas, yang harus kita hadapi dalam jamanyang rusak ini, dan juga membuka mata kita terhadap keindahan karya Kristus di bumi,sehingga dalam dunia ini kita mampu mengarahkan hidup kita dengan baik, hingga saatnyamuka dengan muka kita bertemu dengan Tuhan Yesus”.-Michael Sullivant Gembala, Penulis, Pembicara Konferensi“Ini adalah buku yang harus dibaca oleh semua orang yang berminat mempelajari nubuatAlkitab mengenai akhir jaman! Joel Richardson telah mengungkapkan hal-hal pentingmengenai adanya konsensus peranan penting Islam dalam kerajaan Anti Kristus. Bukti- bukti yang dipaparkan Joel berasal dari Hadith yang merupakan tradisi Islam, yang sangatdikenal orang Muslim dan merupakan sumber penting bagi doktrin Islam; namun tidak  banyak dipahami oleh orang Barat. Pembaca yang memiliki pikiran terbuka tidak akanmampu mengabaikan paralel-paralel yang luar biasa antara tradisi-tradisi Islam dan agendaAnti Kristus, seperti yang digambarkan oleh Alkitab. Pemaparannya yang jelas dan mem- berikan pemahaman mengenai pentingnya pemenggalan kepala dalam hukum Islam, sangatmenggentarkan. Skenario mengenai bagaimana dunia ini akan menjadi pengikut AntiKristus benar-benar mencengangkan. Yesus mengingatkan kita untuk berdoa dan berjaga- jaga oleh karena masa pengujian sedang mendatangi dunia ini. Anda akan mendapati diri

3Anda melakukannya. Bagi pembaca yang hanya dapat dipuaskan dengan kebenaran, bukuini adalah buku yang harus Anda masukkan ke dalam perpustakaan Anda”.-Robert Livingston, Misionaris untuk Timur Tengah,Penulis – Christian and Islam: The Final Clash“Pengetahuan Joel yang menyeluruh mengenai Islam memberikan banyak informasi yangmembantu orang Kristen untuk memahami tradisi-tradisi dan pengajaran Islam, me-nyingkapkan kesamaan-kesamaan mengejutkan antara nubuat Kristen mengenai akhir  jaman dengan pengharapan-pengharapan Islam untuk mendominasi dunia. Keseimbangan-nya dalam menggunakan teks-teks Islam dan Alkitab sangat meyakinkan, sehingga setelahmembaca buku ini kita tidak akan ragu lagi untuk mengatakan bahwa Anti Kristus itu tidak lain tidak bukan adalah seorang Kalifah Muslim. Namun yang paling saya hargai adalah bagaimana ia menyampaikan argumennya tidak dengan cara meracuni, namun dengan bijaksana, bahkan kasih, saat ia mendorong orang Kristen untuk mengasihi tetangga-tetangga Muslim mereka, dan memenangkan mereka bagi Kristus. Buku ini adalah bacaanyang penting bagi semua orang Kristen yang ingin belajar lebih banyak lagi mengenaiagama dunia yang saat ini sedang berkembang dengan sangat cepat, atau mereka yangingin menyiapkan diri dengan lebih baik untuk berdialog dan bersaksi kepada orangMuslim”.-Steve Alt, Asisten Profesor teologi,F.I.R.E. School of Ministry, Concord, NC“Setelah bertahun-tahun berefleksi, saya mengabaikan detil-detil spesifik dalam skenarioakhir jaman. Namun, buku ini sungguh memuat detil-detil spesifik seperti itu, dan saya juga percaya bahwa Islam adalah sistem Anti Kristus pada akhir jaman. Hal itu dipaparkandalam buku ini, dalam sebuah skenario yang sangat mungkin terjadi. Sebagai tambahan,informasi dalam buku ini mengenai Islam dan Anti Kristus sangatlah penting, dan se- pengetahuan saya informasi ini tidak akan Anda dapatkan di tempat lain. Menurut saya,dalam jaman yang penuh dengan teror Islam seperti saat ini, memahami informasi me-ngenai eskatologi Islam yang dikemukakan dalam buku ini sangatlah penting. Oleh karenaitu jelaslah bahwa buku ini memberikan kontribusi yang sangat berarti. Saya sangatmenganjurkan agar Anda benar-benar menguji informasi yang terdapat dalam halaman-halaman buku ini”.-Dr. Daniel C. Juster, Penulis Jewish Roots dan Israel the Church and the Last-days,Direktur Eksekutif dari Tikkun Ministries International“Joel Richardson melayani dalam komunitas Kristen dan juga Muslim. Secara menyeluruhia mempelajari dokumen-dokumen penting mengenai Islam pada awal berdirinya, dan parateolog muslim yang muncul di kemudian hari, dan juga Perjanjian Baru. Ia menyimpulkansemua itu dengan baik tanpa menjadi terlalu teknis. Buku ini menjelaskan perbedaan antarakekristenan dan Islam. Ini adalah sebuah buku yang harus dibaca oleh orang Kristen dan juga orang Muslim”.-James M. Arlandson (Ph.D.) pengajar di sebuah perguruan tinggi di California selatandan secara reguler menulis untuk American Thinker.com dan Answering-Islam.org“Joel Richardson memberikan sebuah analisa yang mendalam mengenai Islam dan figur mesianis dalam Islam. Buku ini penting untuk mengetahui penggenapan nubuat Alkitab

4mengenai akhir jaman pada masa kita dan memahami peranan yang dimainkan Islam didalamnya”.-Pendeta Reza F. Safa, mantan Muslim radikal, Penulis Inside Islam“Saya sangat menyukai buku ini! Joel Richardson adalah suara yang meneriakkan beritayang penting pada saat ini. Saya percaya bahwa semua orang harus membaca buku ini danmemahami urgensi beritanya, dan memperhatikan kenyataan-kenyataan dan peringatan- peringatan yang ada dalam buku ini. Ini adalah (tugu) pengingat yang luarbiasa akan ada-nya kebutuhan untuk mengerti akan posisi semua orang percaya dan tanggung-jawab yangmenyertainya”.

Download E-book lengkap nya

Salat id di Negeri Budha

Jakarta (ANTARA News) - Hampir 100 warga negara Indonesia dan warga Sri Lanka memenuhi Riptaloka Hall, KBRI Colombo, untuk mengikuti salat Idul Fitri, Selasa lalu (31/8).

Salat Id ini adalah puncak rangkaian kegiatan Ramadan di KBRI Colombo yang selama sebulan penuh diisi oleh bimbingan rohani, buka puasa bersama dan salat tarawih berjamaah, demikian siaran pers KBRI Colombo, akhir pekan ini.

Salat id yang diimami seorang ustad dari Jakarta --Syafiudin Fadlillah-- ini diikuti oleh selain keluarga besar KBRI Colombo, juga para profesional warga Indonesia yang bekerja di perhotelan, perkapalan juga WNI yang menikah dengan warga Srilanka.

Mayoritas penduduk Sri Lanka beragama Buddha (76,7%), sementara penganut Islam mencapai 8,6 persen dari total penduduk negeri itu. (*)

http://ramadhan.antaranews.com/berita/1315095106/salat-id-di-negeri-budha

Ternyata Islam Sudah Ada di Amerika Jauh Sebelum Kedatangan Colombus

Jika Anda mengunjungi Washington DC, datanglah ke Perpustakaan Kongres (Library of Congress). Lantas, mintalah arsip perjanjian pemerintah Amerika Serikat dengan suku Cherokee, salah satu suku Indian, tahun 1787. Di sana akan ditemukan tanda tangan Kepala Suku Cherokee saat itu, bernama AbdeKhak dan Muhammad Ibnu Abdullah.
Isi perjanjian itu antara lain adalah hak suku Cherokee untuk melangsungkan keberadaannya dalam perdagangan, perkapalan, dan bentuk pemerintahan suku cherokee yang saat itu berdasarkan hukum Islam. Lebih lanjut, akan ditemukan kebiasaan berpakaian suku Cherokee yang menutup aurat sedangkan kaum laki-lakinya memakai turban (surban) dan terusan hingga sebatas lutut.

Cara berpakaian ini dapat ditemukan dalam foto atau lukisan suku cherokee yang diambil gambarnya sebelum tahun 1832. Kepala suku terakhir Cherokee sebelum akhirnya benar-benar punah dari daratan Amerika adalah seorang Muslim bernama Ramadan Ibnu Wati.

Berbicara tentang suku Cherokee, tidak bisa lepas dari Sequoyah. Ia adalah orang asli suku cherokee yang berpendidikan dan menghidupkan kembali Syllabary suku mereka pada 1821. Syllabary adalah semacam aksara. Jika kita sekarang mengenal abjad A sampai Z, maka suku Cherokee memiliki aksara sendiri.

Yang membuatnya sangat luar biasa adalah aksara yang dihidupkan kembali oleh Sequoyah ini mirip sekali dengan aksara Arab. Bahkan, beberapa tulisan masyarakat cherokee abad ke-7 yang ditemukan terpahat pada bebatuan di Nevada sangat mirip dengan kata ”Muhammad” dalam bahasa Arab.

Nama-nama suku Indian dan kepala sukunya yang berasal dari bahasa Arab tidak hanya ditemukan pada suku Cherokee (Shar-kee), tapi juga Anasazi, Apache, Arawak, Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu, dan Zuni. Bahkan, beberapa kepala suku Indian juga mengenakan tutp kepala khas orang Islam. Mereka adalah Kepala Suku Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago, dan Yuchi. Hal ini ditunjukkan pada foto-foto tahun 1835 dan 1870.

Secara umum, suku-suku Indian di Amerika juga percaya adanya Tuhan yang menguasai alam semesta. Tuhan itu tidak teraba oleh panca indera. Mereka juga meyakini, tugas utama manusia yang diciptakan Tuhan adalah untuk memuja dan menyembah-Nya. Seperti penuturan seorang Kepala Suku Ohiyesa : ”In the life of the Indian, there was only inevitable duty-the duty of prayer-the daily recognition of the Unseen and the Eternal”. Bukankah Al-Qur’an juga memberitakan bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin semata-mata untuk beribadah pada Allah.[dhb/ast]

http://www.seruu.com/keluarga/rohani/artikel/ternyata-islam-sudah-ada-di-amerika-jauh-sebelum-kedatangan-colombus

SUATU PERTANYAAN KLASIK (SEMOGA TIDAK BOSAN) : MENGAPA BABI DILARANG ?

AA saya ingin kembali bertanya dan bertukar pikiran.
Menurut AA apakah yang menyebabkan babi menjadi haram? diluar dari berbagai  penyakit yang menyertainya seperti kolesterol, stroke dll kalau makan berlebihan, saya tidak melihat adanya masalah jika dimasak dengan baik dan benar - apalagi tentu aa juga yakin bahwasanya segala sesuatu yang berlebihan tidak baik. 

Kemudian mereka - terutama islam - mengajukan premis agar logika mereka diikuti, seperti babi ada cacing banyak, babi memiliki dna seperti manusia lah, yang makan babi seperti babi --- saya hanya bisa tertawa terpingkal-pingkal saja, cacing? ya dimasak dong dengan baik dan benar; memiliki dna seperti manusia? ya ampun beda sedikit dna saja bisa jumlahnya milyaran, yang makan babi kelakuannya seperti babi? apa iya? trus gimana dong yang makan sapi atau kambing? -- pembenaran seperti itu yang saya rasa diluar nalar dan logika; rakyat china yang telah beribu tahun makan babi tidak pernah ada masalah, bahkan menjadi raksasa ekonomi belakangan ini

Jadi apakah analisa secara logika yang menyebabkan Yudaisme dan Islam mengharamkannya?Saya berpikir bahwasanya ada kemungkinan pada zaman dahulu belum ditemukan teknik memasak yang dapat membunuh cacing pita dalam babi; tapi itupun sempat terpikir gugur karena sapi dan kambing tentu juga ada cacingnya toh? Kalaupun iya dilarang kenapa dalam AlQuran memperbolehkan makan daging babi jika terdesak padahal dalam kitab suci mereka sendiri mengharamkannya (standar ganda detected) -- padahal menurut logika sederhana saya sama seperti di Hindu yang mengkultuskan Sapi tapi mereka tidak pernah mengatakan untuk makan sapi jika keadaan terdesak.
Mungkin AA memiliki referensi yang lebih dibanding saya untuk lebih dalam mengulas, menilik, menganalisa dan menelanjangi topik ini?
Salam.




JAWAB :

Halo, mengenai pengharaman babi di agama Yahudi dan Islam, ijinkan saya sedikit berbelat-belit dulu sebelum menjawabnya.

Ada kenaifan yang sering terjadi antara kaum agamis yang awam, fundamental, konservatif dan bahkan radikalis dalam menafsirkan agamanya, dengan kaum ateis (pada umumnya), rasionalis dan empiris dalam menyikapi kelompok yang pertama tadi. Kaum beragama begitu polos, menganggap semua aturan dan dogma dalam agamanya bersifat mutlak benar, sempurna, tak bercacat, tak terbantahkan dan mengatasi analisa logika karena semua itu berasal dari sesosok tuhan / allah yang maha begini dan begitu.  Di lain pihak, kepolosan, bahkan ketidakmautahuan para agamis memancing reaksi para rasionalis yang kebanyakan lebih cerdas, tahu banyak ilmu, terbiasa dengan analisa kritis dan empiris untuk membuktikan keyakinan para agamis ini. Dan dalam derajat tertentu diskusi2 mereka malah menjauh dari natur topik yang dibahas.

Saya ambil contoh kasusnya ya: tentang peristiwa Isra Miraj. Kaum agamis percaya kejadian itu benar-benar terjadi dalam sejarah. Muhammad dibawa oleh Buraq, kuda terbang berwajah wanita cantik dari Mekkah ke Yerusalem, dan dari Yerusalem ke Arrsy. Di sana ia bertemu dengan para nabi sebelumnya, kemudian di surga terakhir ia bertemu dengan allah dan tawar menawar tentang berapa kali shalat itu harus dilakukan muslim.  Muslim yang polos percaya begitu saja kisah ini sebagai kejadian faktual dalam sejarah. Benar bahwa Muhammad diterbangkan Buraq, entah tubuhnya entah rohnya. Benar ia melakukan shalat di mesjid al-Aqsa ( padahal mesjid itu baru dibangun tahun 683, 70 tahun setelah tahun kematian Muhammad, 632 M. Pada saat itu tidak ada bangunan apapun di tempat yang disebut al-aqsa. Yang ada hanyalah tumpukan sampah. Itu disebabkan karena penguasa Romawi tidak mengijinkan kaum Yahudi mendekati dan membangun tempat itu kembali menjadi bait allah.

Kaum rasionalis dengan bersemangat menganalisa lewat sains, mana mungkin tubuh  Muhammad diterbangkan dengan kecepatan cahaya. Bukankah tubuh proto-plasmiknya akan hancur bergesekan dengan udara dengan kecepatan seperti itu? Mana mungkin ada kuda punya sayap, berkepala wanita dan bisa terbang? Muhammad mau dibawa ke atas kemana? Di atas hanya ada bintang gemintang dll. Dan seperti biasa kritik tersebut diakhiri dengan caci-maki para agamis dan seruan bertobat kepada para kaum anti-agamis ini,  “Semoga kalian diberi hidayah, sebelum ajal menjemputmu, mengantarkanmu pada api neraka.”

Kalau kita kembalikan kisah ini dalam perjalanan sejarah agama dalam kerangka kritik historis, kita tahu benar bahwa kisah ini, paling memungkinkan, diciptakan oleh kaum Islam di abad 8 – 9 M, dalam masa-masa formatif Islam di bahwa dinasti Abbasid. Inti kisah ini adalah menggantikan mitos-mitos lama dengan mitos baru. Para tokoh agama lain, yakni Henok, Musa, Yesus, dan Zoroaster dikabarkan naik / terangkat ke surga. Nah, kenapa ini tidak terjadi pada Muhammad? Maka dikaranglah kisah ini. Pada jaman itu, Mesjid Kubah Batu sudah ada, maka dikait-kaitkanlah kisah kenaikan Muhammad ke surga ini dengan Mesjid Kubah Batu. Para pengarang cerita ini lupa bahwa bangunan itu dibangun 70 tahun setelah wafatnya Muhammad (dengan mengabaikan pertanyaan-pertanyaan penting, seperti misalnya : apakah benar Muhammad ini wafat dalam tahun itu? Benarkah Kubah Batu ini didirikan oleh dinasti Islam? kenapa tidak dijadikan Masjid? kenapa tidak ada kiblat di dalamnya?  dll). Singkatnya, kalau kita melihat kisah itu sebagai suatu upaya politik agama, dimana mitos-mitos lama ditumbangkan oleh mitos baru, maka apa perlu kita menganalisa dengan sains tentang dimana ordinat surga, jika memang surga itu ada di atas? bagaimana tampaknya Buraq itu, apakah aerodinamis atau tidak? dsb.

Dan memang ketika kita mempelajari kisah-kisah sejarah Islam (perhatikan kata “kisah”) kita harus sadar bahwa kisah ini dibuat paling dini 200 tahun setelah kejadian atau jaman yang dia coba komunikasikan, jadi dalam sense of history maka kisah-kisah ini dianggap tidak valid, dan hanya menjadi wahana ideologi kelompok pengusung kisah itu belaka. Mereka tidak menuturkan apa yang sebenar-benarnya sangat mungkin terjadi, namun menuturkan apa yang mereka ingin kita percayai sebagai yang pernah terjadi untuk mendukung asumsi-asumsi dan iman mereka.

Begitu juga dengan kisah Eksodus bangsa Israel dari Mesir, 10 tulah yg ditimpakan pada Firaun dan bangsa Mesri, kenaikan Yesus ke surga, Buddha berkunjung ke surga Dewa Indra,  atau kisah penciptaan manusia. Kisah-kisah demikian tidak perlu dipandang serius sebagai kisah sejarah dan harus dianalisa dengan sains. Jangan menganggap serius cerita2 agama sebagai sumber sejarah faktual. Pahami itu sebagai mitos yang dikarang oleh orang-orang jaman dahulu, dalam bahasa-bahasa simbolis, untuk tujuan egitasi komunitas iman mereka sendiri.  Menganalisa kisah2 itu dengan memakai sense of science entah dengan motif untuk mendukung validitasnya ataupun menghancurkan kredibilitasnya sama saja dengan berdebat tentang berapa ukuran lingkaran payudara Wonder Woman, dan berapa banyak wanita yang pernah dikencani oleh Bruce Wayne (Batman). Mitos koq dianalisa sama metodologi sains. Tapi saya juga sadar bahwa masih banyak orang sukar untuk menerima bahwa kisah2 tersebut hanyalah mitos atau juga kisah –kisah moral berbalut bahasa-bahasa metafora.

Untuk itu kritik pada agama harus juga melibatkan sejarah dan hermeunetik yang kritikal-historikal, bukan semata-mata lewat kacamata pengetahuan fisika, biologi, atau astronomi. Kritik pada agama harus melibatkan filsafat, antropologi, psikologi sosial dsb.

Nah, apakah anda bisa memahami tujuan saya menjelaskan di atas itu, khususnya ketika kita akan membahas tentang pelarangan memakan daging babi di Yahudi, sebagian sekte Kristen, dan Islam ?  Okey, begini: Pengharaman babi oleh agama Yahudi dan Islam tidak semestinya dipandang bahwa tuhan, allah tahu bahwa dalam daging babi terkandung kolestrol dan cacing pita sehingga karena kasih sayangnya, maka babi diharamkan untuk dimakan mengingat medis saat itu belum berkembang (setahu saya, dalam gram yang sama, telur puyuh dan jeroan sapi lebih tinggi kadar kolestrolnya dari pada daging babi). Kalau memang tuhan itu jago meramal, kenapa dia tidak mampu meramal akan bahaya yang ditimbulkan oleh agama2 monoteistik dalam sejarah dan psikologi sosial manusia ? Lihatlah fakta sejarah 3 agama samawi ini dalam hubungannya satu sama lain, dan intra sekte-sekte didalamnya, penuh dengan prejudice, kekerasan, diskriminasi, stigmatisasi, pelecehan pada kaum perempuan, pemasungan berpikir kritis dsb. tidakkah tuhan sadar akan efek negatif yang ia timbulkan dengan menelorkan 3 agama monoteistik ini? (kalau memang benar-benar ada tuhan berpribadi yang berinisiatif memberikan 3 agama tersebut, hal mana tidak saya percayai).
Pelarangan makan daging babi harus dilihat dari segi-segi antropologi dan psikologi sosial masyarakat di sana di jaman itu. Untuk alasan yang tepatnya kita tentu tidak tahu kenapa babi itu diharamkan, namun ada beberapa kemungkinan yang logis yang bisa dikemukakan.

1. Menyangkut masalah Totem & Tabu 
Totem adalah binatang yang dianggap sebagai leluhur, atau memiliki daya magi tertentu, atau menjadi simbol suatu perjuangan khas dari suatu klan atau suku bangsa, dan memakan binatang totem adalah tabu. Di agama-agama India misalnya adalah tabu untuk memakan sapi dan kerbau, karena sapi memberi susu dan dianggap sebagai ibu, sedang kerbau digunakan untuk membajak sawah dan hewan helaan. Memakan mereka adalah sama dengan membunuh peradaban.
Badra Naya memberi saya alamat ini,dan katanya ini memang akan diterjemahkan. Saya kutip salah satu paragraf darinya : 
http://www.reocities.com/spenta_mainyu_2/sabian2.htm

Makanan Yang Dilarang

Ada daging hewan yang dilarang untuk dimakan sesuai dengan iman Sabian, yakni semua jenis bangkai; semua hewan yang dibunuh tanpa darah mengalir keluar, semua jenis karnivora dengan kuku belah, terutama babi dan anjing, burung pemangsa dan keledai. (Ini semua dilarang. Dalam Yudaisme disebut 'herem', dan dalam Islam 'haram' QS 5:3). Babi dilarang dalam Yudaisme, (Perjanjian Lama Imamat, Ulangan 14:8), dan akibatnya Islam pun melakukan pelarangan yang sama.  Larangan babi berasal dari kaum Sabian dan mereka yang hidup jauh sebelum kitab Perjanjian Lama dikanonkan. Ini adalah maslaah  larangan totem. Babi adalah binatang totem. Para anggota klan membangun ikatan antara binatang totem dan diri mereka sendiri. Menurut orang-orang ini binatang totem memiliki karakter yang luar biasa, beratribut super, dan dapat melindungi anggota klan. Itulah sebabnya hewan ini tidak harus dibunuh, dagingnya tidak boleh dikonsumsi. Babi adalah hewan dewa yang adalah musuh Osiris, menurut Herodotus. Dan bahwa dewa itu disebut 'babi.' Ini adalah dewa malam dan pelindung kejahatan. Pada malam terang bulan babi dikorbankan untuk bahwa sang dewa dan dagingnya dikonsumsi pada upacara-upacara tersebut (sebagai simbol penyatuan antara binatang totem dengan klan tersebut). Menurut Ibn Nadim, kaum Sabiun terbiasa mengorbankan babi bagi para dewa mereka sekali setiap tahun dan daging babi itu dikonsumsi. 

Jadi, dalam tradisi kaum Sabian, babi adalah binatang totem yang tabu untuk dimakan, tapi dilain pihak ia dikorbankan kepada para dewa dan dagingnya dimakan bersama pada upacara itu sebagai simbol ikatan antara binatang totem dengan klan yang dilindunginya. Siapakah kaum Sabian ini ? Apa yang nantinya disebut agama Sabian sebenarnya adalah agama dimana Ibrahim / Abraham berasal, menurut beberapa penulusuran sejarah kritis. Tokoh legenda Abraham berasal dari lingkaran sekte keagamaan purba ini yang begitu terkenal, karismatik dan berpengaruhnya sehingga nantinya ketika agama Yudaisme diformulasikan di abad-abad 9 – 7 SM, maka Abraham dijadikan patriakh milik bangsa Israel, dan ajaran2 agamanya diserap dan dikontekstualkan dengan kebutuhan mereka saat itu, termasuk perihal pelarangan memakan babi.

2. Geografis Israel

Menurut tuturan kitab-kitab Perjanjian Lama, kita mempelajari bahwa bangsa Israel Raya setelah dipimpin oleh Daud  dan Sulaeman yang masing-masing berkuasa selama 40 harus terbagi kedalam 2 kerajaan: Yudea di selatan dengan ibukotanya Yerusalem, dan Israel di utara dengan ibukotanya Samaria. Dikatakan bahwa sepuluh suku Israel memberontak melawan cucu dari Daud dan mendirikan kerajaan sendiri di utara beserta agama-agamanya sendiri. Sedangkan  kerajaan Yudea di selatan tetap mencoba taat pada agama nenek moyangnya, agama Musa.


Namun kisah di atas hanya kisah teologis yang belum tentu benar-benar menyejarah. Pada tahun 2000an  dua orang arkeolog Israel Neil Silbermann dan Israel Finkelsteinn melakukan ekskavasi di tempat-tempat bersejarah seperti Megiod, Ai, Yerusalem dll  dan menemukan hal-hal yang mengejutkan. Mereka mendapati kisah-kisah tentang Daud dan Sulaeman sebagai tokoh yang benar-benar ada, namun hidup mereka jauh terpisah jarak jamannya. Bahkan di jaman Daud, kemungkinan Yerusalem bukan kota kerajaan  besar, mungkin hanya sebuah desa kecil ! Sangat mungkin bahwa kisah-kisah yang kita kenal tentang dinasti Daud ini hanyalah kisah karangan yang ditulis oleh penguasa Yudea untuk kepentingan politiknya. Yudaisme, Kristen  dan Islam menerima kisah-kisah itu begitu saja sebagai sejarah suci, padahal tidak demikianlah apa yang benar-benar terjadi.

Kedua arkeolog ini menerbitkan buku berjudul : The Bibel Unearthed. Dan dalam buku itu mereka mengupas perbedaan antara 2 kerajaan. Kerajaan Israel di utara tampaknya kerajaan yang makmur, sebab terletak di daerah yang makmur dan cukup mendapatkan air dari sumber sungai Jordan. Sedangkan kerajaan selatan, Yudea, adalah kerajaan kecil yang ngampung dengan peradaban yang begitu bersahaja. Ini sangat berbeda dengan apa yang dapat dibaca dalam kitab-kitab Perjanjian Lama di mana Tuhan / Allah mencintai Yudea dan membenci Israel yang suka menyembah berhala.

Dari ekskavasi lebih lanjut, di utara ditemukan tulang belulang babi, sedangkan di selatan tidak pernah ditemui satupun. Dari segi geografis hala ini dianggap wajar karena kontur tanah Yudea yang berbukit-bukit dan kering tidak memungkinkan hutan-hutan yang rimbun dan perladangan yang memadai. Tampaknya memang babi tidak pernah hidup di sana. Apalagi kerajaan Yudea berbatasan dengan Padaang Gurun Sinai yang kering, nampaknya wajar bahwa kehidupan sangat keras dan kurang maju. Sedangkan negara Israel di utara berbatasan dengan Libanon, dan datarang tinggi Golan Syria yang sejuk.

Pada abad 8 SM, seiring dengan menguatnya kerajaan Asyur / Syria di utara, akhirnya kerajaan Israel di utara dihancurkan oleh Asyur, dan rakyat di utara melarikan diri ke Yudea di selatan. Pada saat itu kota Yerusalem yang tadinya kecil dan tidak berkembang, tiba-tiba dibanjiri oleh orang-orang utara dan berkembang 10 kali dari sebelumnya. Ketika suatu kota dan kerajaan berkembang tanpa kendali, apa lagi di masa peperangan, maka social-cost nya sangatlah tinggi, kejahatan, plot-plot politik, kudeta dsb adalah umum. Pada saat itu raja yang berkuasa di Yudea, Josiah, mengambil tindakan politis yang brilian. Karena suku-suku dari utara memiliki agama-agama yang berbeda, dengan suku-suku di selatan, maka ia mengambil keputusan untuk memformulasikan agama baru yang lebih ketat untuk mewadahi aspirasi spiritual rakyatnya dan tujuan politis dinastinya. Dari sinilah ia mengambil agama musa sebagai agama kerajaan dan YHWH sebagai allah kerajaan itu. Praktek-praktek agama politeistik dari utara dilarang, kuil-kuil persembahan pada Baal di bakar, imam-imamnya dibunuh. Mulai dari sinilah sebenarnya sebagian dari kisah-kisah Perjanjian Lama berevolusi ke dalam bentuk yang kita kenal sekarang.

Apakah benar Musa pernah ada? mungkin, tapi yang jelas ia tidak membawa setidaknya 2 juta bangsa Israel keluar dari Mesir melewati laut, dan berputar-putar selama 40 tahun di gurun Sinai seperti yang dipercayai oleh Yudaisme, Kristen dan Islam. Fakta arkeologis menyebutkan tidak pernah ada catatan tentang keluarnya bangsa Israel dari Mesir dalam jumlah besar, dan tidak pernah ada kejadian 10 tulah allah di Mesir. Bahkan di Gurun Sinai tidak pernah didapati fosil atau sisa-sisa apapun yang menunjukkan ada suatu bangsa pernah berkeliaran di gurun itu selama 40 tahun !

Jadi apa yang sebenarnya terjadi? Untuk apa kisah-kisah itu dituliskan? apa tujuannya? Tujuan penulisan kisah-kisah itu diabad  7 SM oleh para penulis kitab di bawah instruksi Raja Yosia adalah untuk membangun sebuah kerajaan yang kuat, menyatukan mereka yang berbeda secara agama dan adat ke dalam satu negara-bangsa yang kuat dibawah panji-panji semangat keagamaan : one God (Yahwe). one king (Yosia), one dinasty (Daud), one priest (Harun) one Prophet (Musa), one religion (Yudaisme) ! Pahamkah anda sekarang ?

Yahwe, tuhan bangsa Israel, tadinya bukan satu-satunya dewa dalam masyarakat Yudea dan Israel. Pada jaman itu ada banyak dewa sesembahan mereka. Yahweh hanyalah salah satu darinya. Ada banyak dewa sesembahan bangsa kanaan dan Israel, diantaranya adalah Baal, Asyitoret, Dagon dll. Bahkan Yahweh memiliki seorang istri, namanya dewi Asherah, dewi kesuburan !  Sekarang dengan mengetahui fakta-fakta ini, masihkah kita berpikir ada sejarah suci agama yang bersifat faktual dan linear yang memuncak pada suatu figur nabi misalnya Musa, Yesus atau Muhammad? Ternyata faktanya adalah manusialah yang mengangkat sesosok dewa jadi tuhan dan allahnya, bukan sebaliknya, tuhan mengangkat seorang nabi dan suatu bangsa !

Musa, kalaupun tokoh ini pernah ada, tidak secara langsung bertanggung jawab atas pembentukan agama Yudaisme dan kanonisasi kitab-kitab Taurat yang terjadi ratusan tahun setelah ia wafat.  Hal yang sama terjadi dengan agama kristen, dan Islam. Kelak imperialis Arab melakukan hal yang sama yakni mengangkat suatu tokoh dan agama tertentu, memoles kisah-kisah berdasarkan motif politis, kebutuhan dan konteks budaya dan jaman mereka di abad 8-10 M di Irak, Iran dan Syria.  Tokoh yang bernama Muhammad ini belum tentu mengatakan dan bertindak seperti apa yang ditulis dalam Sirat, Sunnah dan Hadits yang ditulis 200 tahun setelah wafatnya. Sang Kalifah yang berkuasa, lewat para juru tulisnya, menggiring umatnya pada suatu ideologi bersama yang dilandasi atas intervensi penyelenggara ilahi dalam sejarah, untuk suatu tujuan politik – Communitiy Building. Sekali lagi kita temukan motif yang sama : one God (Allah), one Prophet (Muhammad), one priest (Ali), one ideology (Islam), one king (Al Makmun?), one dinasty (Abbasiyah).  Got it ?

Ketika kita melihat “sejarah agama” – sadarlah bahwa itu paling mungkin bukanlah sejarah faktual, namun kisah-kisah yang ditawarkan oleh lingkaran kelompok iman tertentu dalam perspektif keimanan tertentu, dalam motif politik tertentu,  yang menginginkan pembacanya untuk mempercayai bahwa kisah-kisah tersebut seakan-akan pernah terjadi. Pelarangan babi dalam Hukum Musa yang sekarang kita ketahui diformulasikan di abad 7 SM dibawah instruksi Yosia, dipercaya bulat-bulat bahwa itu berasal dari tuhan/Yahwe/ Allah, padahal sama sekali bukan. Dengan demikian maka tidak ada dimensi ilahinya di sini, yang ada adalah dimensi antropologi, budaya dan psikologi sosial.

3. Faktor Kearifan Lokal.

Kita tahu bahwa ribuan tahun lalu, kehidupan sangat berbeda dengan sekarang. Pada saat itu kebebasan berekspresi invididu ditenggelamkan dalam peraturan-peraturan keluarga dan kesukuan. Dalam aturan kesukuan kita mengenal pakem-pakem, tabu dan kearifan lokal. Bisa jadi pelarangan babi, disamping faktor totem dan geografis Yudea yang tak memungkinkan, juga dikarenakan faktor kearifan lokal. Suku-suku Israel memandang babi sebagai hama yang harus dienyahkan, dimusuhi bagi pertanian mereka yang memang tidak bagus. Menyukai babi berarti memberi lahan bagi pembudi-dayaannya. Dari mana mereka mendapatkan pakan berlimpah untuk babi-babi ini yang dikenal rakus, sementara ladang mereka pun tidak cukup subur ? Silahkan anda pikirkan hal ini.

Selain babi dianggap binatang yang rakus dan pemalas (dan ini subyektif sekali !), cara pemotongan babi yang dianggap tidak wajar oleh suku-suku Israel memungkinkan pelarangan babi itu. Setahu saya babi tidak dipotong dileher yang dianggap wajar oleh orang Yahudi dan Islam, yang sebenarnya juga praktek yang tidak berkepribinatangan juga, melainkan dipukul dan disiksa dahulu. Di Barat yang modern mereka mengharamkan praktek pembunuhan pada ternak tanpa pembiusan terlebih dahulu, dan saya percaya ini juga berlaku pada pemotongan babi.   Jadi anda bisa lihat, dengan akal yang sehat, kita bisa mengurangi kekerasan pada mahluk lain, sekalipun pembunuhan memang tak terhindarkan.

Nah, sekarang adakah sudah jelas semuanya? Intinya, semua fenomena keagamaan harus dicermati secara kritis dari perspektif sejarah, budaya, antropologi, psikologi sosial dll yang runut, rasional dan logis, bukannya lewat cocologi spiritual yang mengait-kaitkan sains untuk mendukung asumsi bahwa ada sesosok intelegent supranatural yang tahu masalah higienis tidaknya suatu produk makanan, tapi di lain pihak sosok ilahi itu bertindak ceroboh, lalai, diskriminatif dan konyol dengan memberikan agama-agama pada manusia sebagai standar kebenaran mutlak dan malah cenderung jadi piranti pencuci otak kaum yang intelektualitasnya kurang dan kendaraan politik bagi para penguasa.

Thanks.

oleh Aajin Sang Musafir

Tiba di Jakarta, David Beckham Disambut Para Suporter

Kedatangan bintang sepak bola La Galaxy, David Beckham ke Indonesia memang sangat dinanti. Pesepak bola yang terkenal dengan tendangan bola mati maupun support yang akurat itu, tiba di bandara Soekarno-Hatta depot 2F sekitar pukul 8.22 WIB, dan langsung meninggalkan bandara menuju ke hotel sekitar pukul 09.00 WIB.
Dengan mengenakan kemeja biru dibalut dengan sweter hitam Beckham tampak sedikit bingung karena begitu banyaknya fans dan pendukung yang telah menunggu kedatangannya, sambil meneriakkinya.
"Beckham....Beckham...Beckham...we adore we Beckham," teriak para suporter yang sudah sejak pagi menunggu.
Beckham joke hanya membalas dengan senyuman dan melambai-lambaikan tangganya sambil menuju ke bis yang sudah menunggu.
Namun sayang bagi para awak media yang harus bersusah payah mengambil gambar yang harus berurusan dengan para bodyguard yang mengawalnya. Pengawalan sangat ketat, bahkan seorang wartawan kehilangan sepatu dan Blackberry.
"Sepatu saya copot tadi mas pas ngambil foto, swarming banget. Sepatunya nggak tahu ke mana," ujar Yayat salah satu awak media yang kehilangan sepatunya.
"Oh iya, 29 (November) nanti, rencananya Al, El dan Dul mau ikut coaching clinic sama Beckham," ujar Ahmad Dhani di Studio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (25/11).
Menurut Dhani bertemu dan bisa bermain sepakbola dengan David Beckham adalah impian ketiga anaknya.
"Pastinya ini adalah sebuah momen yang sangat ditunggu oleh mereka. Ya namanya juga ortu yang sayang sama anak-anaknya. Tentunya ada impian Al, El dan Dul semasa kecil mereka untuk bertemu Beckham. Dan berlatih langsung dengan Beckham itu impian mereka," katanya. fei
Dapatkan berita populer pilihan Anda gratis setiap pagi di sini atau akses mobile langsunghttp://m.BeritaMusik.com around ponsel dan Blackberry !

Kalungan Bunga Syahrini Untuk David Beckham

Rombongan skuad LA Galaxy yang membawa David Beckham, tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Senin (28/11), pukul 08.25 WIB dan langsung menuju Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta Selatan dengan mengendarai dua bis pariwisata.
Sesampainya di loby hotel Ritz Carlton, sekitar pukul 09.30 WIB, David Bechkam beserta rombongan mendapat sambutan hangat dari artis penyanyi Syahrini yang mengalungkan untaian bunga ke leher suami Victoria Adams.
Syahrini yang mengenakan baju terusan berwarna pink tampak tersenyum manis ketika berpapasan dengan David Beckham dan rombongan LA Galaxy.
Sementara keamanan di kawasan hotel Ritz Carlton sudah dijaga ketat, banyak wartawan yang tidak diperbolehkan masuk ke dalam hotel untuk meliput.
Seperti diketahui, LA Galaxy akan menggelar pertandingan persahabatan dengan Indonesia Selection pada Rabu (30/11) malam di Stadion Utama Gelora Bung Karno. aji

Kisah Tragis Dibalik Lagu "Hymne Guru"



Siapa yang tak kenal lagu ini lirik hymne guru berjudul “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa“? Masih terngiang betapa di era 1980-an, lagu ini sangat sering dinyanyikan di sekolah-sekolah. Sebab setiap upacara bendera pada hari Senin, lagu ini selalu dinyanyikan.


Istilah “pahlawan tanpa tanda jasa” bahkan kemudian menjadi ikon yang disematkan kepada para guru. Siapa sangka bila “sang pahlawan” yang tanpa tanda jasa itu sejatinya dialami si pencipta lagu tersebut. Ya, Sartono, pencipta lagu yang juga guru itu di masa senjanya hidup dalam kesederhanaan. Laki- laki asal Madiun yang genap berusia 72 tahun, 29 Mei ini, tinggal rumah sederhana di Jalan Halmahera 98, Madiun. Sejak ia mengajar musik di SMP Purna Karya Bhakti Madiun pada 1978, hingga “pensiun” pada 2002 lalu, Sartono tetap menyandang guru honorer. Ia tak punya gaji pensiunan, karena statusnya bukan guru Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Kawan-kawan sesama guru sempat membantu mengajukan dia menjadi PNS. “Katanya sih sering diajukan nama saya, tetapi sampai saya pensiun dari tugas sebagai guru, PNS untuk saya kok tidak datang juga,” kata Sartono.

Sartono memang minder dengan latar belakang pendidikannya yang tak tamat SMA. Ia mengajar di SMP Purna Karya Bhakti, yang belakangan lebih dikenal sebagai SMP Kristen Santo Bernadus, berbekal bakatnya di bidang musik. Sartono yang beragama Islam itu melamar di Santo Bernadus berbekal sertifikat pengalaman kerja di Lokananta, perusahan pembuat piringan hitam di Solo, Jawa Tengah.

Hidup serba dalam kesempitan, tak membuat Sartono meratapi nasib. Ia merasa terhibur, dengan kebersamaan dengan Damiyati, BA, 59 tahun, isterinya yang guru PNS. Damiyati dinikahi Sartono pada 1971. Dari pernikahan mereka belum jua dikaruniai anak. Sehingga mereka mengasuh dua orang keponakan. Damiyati yang juga guru, juga seniman biasa manggung bersama Ketoprak Siswo Budoyo Tulungagung, di masa mudanya.

Kehidupan sehari-harinya kini hanya dari pensiun istrinya yang tak lebih dari dari Rp 1 juta. Sartono sendiri kala masih aktif mengajar, gajinya pada akhir pengabdiannya sebagai guru seni musik cuma Rp 60.000 per bulan. “Gaji saya sangat rendah, bahkan mungkin paling rendah diantara guru-guru lainnya,” katanya mengenang masa lalunya.

Kala masih kuat, Sartono menambal periuk dapurnya dengan mengajar musik. Sepekan sekali, Sartono yang pandai bermain piano, gitar, dan saksofon, ini rutin mengajar kulintang di Perhutani Nganjuk, sekira 60 kilometer dari rumahnya di Madiun.


BERMULA DARI LOKANANTA 

Jalan menjadi guru berawal dari kegemarannya bermain musik. Putra sulung dari lima bersaudara ini sebenarnya lahir dari keluarga cukup berada. Maklum, ayahnya R. Soepadi adalah Camat Lorog, Pacitan. Sartono kecil memang suka bermain musik secara otodidak. Namun, hidup nyaman tak bisa dirasakan berlama-lama. Ketika ia berusia 7 tahun, Jepang menduduki Indonesia. Ayahnya pun tak lagi menjabat camat.

Sartono, bersama empat adiknya, Sartini, Sartinah, Sarwono dan Sarsanti, tak bisa mengenyam pendidikan tinggi. Ia sendiri putus sekolah kala kelas dua di SMA Negeri 3 Surabaya. Ia kemudian bekerja di Lokananta, perusahaan rekaman dan produsen piringan hitam. “Saya Lupa tahun berapa itu, tapi saya hanya bekerja selama dua tahun saja,” kata Sartono, yang mengaku sudah susah mengingat tahun.

Selepas kerja di Lokananta, Sartono bergabung dengan grup musik keroncong milik TNI AU di Madiun. Ia bersama kelompok musik tentara itu pernah penghibur tentara di Irian. “Di sana selama tiga bulan,” jelasnya.

DARI SECARIK KORAN

Ihwal penciptaan lagu himne guru itu boleh dibilang tak sengaja. Ketika itu, tahun 1980, Sartono tengah naik bis menuju Perhutani Nganjuk, untuk mengajar kulintang. Di perjalanan, secara tidak sengaja ia membaca di secarik koran, mengenai sayembara penciptaan lagu himne guru yang diselenggarakan Depdiknas. Hadiahnya besar untuk saat itu, Rp 750.000. Waktu yang tersisa dua pekan, untuk merampungkan lagu.

Sartono yang tak bisa membaca not balok ini, mulai tenggelam dalam kerja keras mengarang lagu saban harinya. “Saya mencermati betul seperti apa sebenarnya guru itu,” jelas Sartono sambil memulai membuat lagu itu.

Waktu sudah mepet, lagu belum juga jadi. Sartono pusing bukan kepalang. Syairnya masih amburadul. Pada hari pertama Hari Raya Idul Fitri, Sartono tidak keluar rumah. Ia bahkan tak turut beranjang sana mengantar istri dan dua keponakannya silaturrahmi ke orangtua dan sanak famili. “Saat itu kesempatan bagi saya untuk membuat lagu dan syair secara serius,” katanya. “Waktu itu saya merasa begitu lancar membuat lagu dan menulis syairnya.”

Awalnya, lirik yang ia ciptakan kepanjangan. Padahal, durasi lagu tak lebih dari empat menit. Sartono pun berkali- kali mengkajinya untuk mengetahui mana yang harus dibuang. “Karena panjang sekali, maka saya harus membuang beberapa syairnya,” jelas Sartono. Hingga muncullah istilah “pahlawan tanpa tanda jasa.”

“Guru itu juga pahlawan. Tetapi selepas mereka berbakti tak satu pun ada tanda jasa menempel pada mereka, seperti yang ada pada polisi atau tentara,” katanya.

Persoalan tak begitu saja beres. Lagu ada, Sartono kebingungan mengirimnya ke panitia lomba di Jakarta. Sebab ia tidak punya uang untuk biaya pengiriman via pos. “Akhirnya saya menjual jas untuk biaya pos,” katanya. Sartono menang. “Hadiahnya berupa cek. Sesampainya di Madiun saya tukarkan dengan sepeda motor di salah satu dealer,” kata Sartono.

PENGHARGAAN MINIM

Lagunya melambung, Sartono tidak. Sang pencipta tetap saja menggeluti dunia mengajar sebagai guru honorer hingga “pensiun.” Kalaulah ada penghargaan selain hadiah mencipta lagu, “cuma” beberapa lembar piagam ucapan terimakasih. Nampak piagam berpigura dari Gubernur Jawa Timur Imam Utomo yang diberikan pada 2005. Pak Gubernur juga memberikan bantuan Rp 600.000, plus sebuah keyboard.

Piagam lainnya diberikan Menteri Pendidikan Nasional Yahya Muhaimin pada 2000. Kemudian piagam dari Menteri Pendidikan Nasional Bambang Soedibyo pada 2005, plus bantuan uang. “Isinya enam ratus ribu rupiah,” kata Sartono.

Tahun 2006 lalu, giliran Walikota Madiun yang dalam sepanjang sejarah baru kali ini memberikan perhatian kepadanya. “Pak Walikota menghadiahi saya sepeda motor Garuda,” kata Sartono seraya menunjuk sepeda motor pemberian Walikota Madiun.

Meski minim perhatian, Sartono tetaplah bangga, lagunya menjadi himne para guru. Pekerjaan yang dilakoninya selama 24 tahun. Pengabdian yang tak pendek bagi seorang pahlawan tanpa tanda jasa. 

http://indonews.org/kisah-tragis-dib...gu-hymne-guru/

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls